Yayasan Aktivis Korban 1987 Lain Pastikan Pantau 'Snowdrop': Ini Adalah Penghinaan ke Korban

Foto: Yayasan Aktivis Korban 1987 Lain Pastikan Pantau 'Snowdrop': Ini Adalah Penghinaan ke Korban



Yayasan Memorial Martir Lee Han Yeol ikut memberikan tanggapan terkait dengan kontroversi drama JTBC 'Snowdrop' yang diperankan oleh Jisoo BLACKPINK dan Jung Hae In.

Kanal247.com - Hari ini, Selasa (21/12) JTBC telah memberikan pernyataan terkait dengan kontroversi drama "Snowdrop". JTBC memastikan bahwa "Snowdrop" sama sekali tidak berhubungan dengan sejarah tragedi 1987 bahkan tidak merendahkan. JTBC pun memutuskan untuk tetap menayangkan kisah lanjutan "Snowdrop" meski banyak sponsor yang telah mundur.

Meski JTBC telah memberikan klarifikasi, Yayasan Memorial Martir Lee Han Yeol terlihat ikut memberikan pernyataan. Sebelumnya Yayasan Memorial Martir Park Jong Chul telah memberikan pendapat mereka dan menyebutkan "Snowdrop" bak pembunuhan kedua bagi korban. Yayasan Park Jong Chul juga menyebutkan tim produksi sama sekali tidak menghubungi mereka terkait dengan penggunaan latar 1987 dan kedok "hanya fiksi" dinilai bentuk tak bertanggung jawab atas dampak penayangan "Snowdrop" secara luas.

Lee Han Yeol diketahui juga menjadi salah satu mahasiswa yang menjadi korban di tragedi 1987. Pada film "1987: When the Day Comes", ia diperankan oleh Kang Dong Won.

Lee Kyung Ran, Direktur Yayasan Lee Han Yeol mengungkapkan "Snowdrop" adalah bentuk penghinaan terhadap para korban. Munculnya karakter seorang mata-mata Korea Utara dinilai telah menyimpang dari sejarah.

"Ini adalah suatu penghinaan terhadap masyarakat tak terhitung jumlahnya yang mencurahkan masa mudanya di jaman itu termasuk Lee Han Yeol," ungkap Lee Kyung Ran.

"Pertama, gerakan demokrasi termasuk Pemberontakan Gwangju adalah gerakan perlawanan terhadap pembantaian yang dilakukan diktator terhadap warga dan perebutan kekuasaan. Mengaitkannya dengan Korea Utara dalam cerita itu sendiri adalah penyimpangan sejarah dan sebuah penghinaan," jelas Lee Kyung Ran.

"Sama seperti menghukum para pendukung Nazi dan mengejar antek-antek Nazi tanpa pembatasan waktu, mereka juga harus dihukum karena mendistorsi dan menghina Pemberontakan Gwangju dan gerakan pro-demokrasi. Kontroversi saat ini sama seperti sikap pendukung Nazi," tambahnya.

Direktur Lee Kyung Ran menyebutkan bahwa tim produksi "Snowdrop" menayangkan drama tanpa kesadaran sejaran dan sosial sehingga penayangan patut dihentikan. "Snowdrop" yang juga ditayangkan secara global melalui Disney+ disebut juga akan membuat publik mancanegara salah kaprah dengan sejarah demokrasi Korea  Selatan yang didapat penuh perjuangan.

"Jika mereka memproduksi drama tanpa kesadaran sejarah dan kesadaran sosial yang cukup, dramanya seharusnya berhenti tayang meskipun menyebabkan merugian serta menjadi contoh untuk masa depan agar tidak mencoba hal serupa," ungkap Lee Kyung Ran.

"Nazi sudah diakui di seluruh dunia, namun pergerakan demokrasi (Korsel) di dalam negeri saja masih ada pandangan yang menyimpang. Saat ini konten Korea mendapat perhatian dunia. Adalah suatu masalah besar jika ini tidak jadi kontroversi dan dirilis di pasar umum. Pengajuan petisi nasional oleh masyarakat dan penarikan sponsor memang sudah seharusnya dilakukan. Tidak hanya berhenti tayang di TV, seluruh unggahan tentang 'Snowdrop' seharusnya dihapus," kata direktur Yayasan Lee Han Yeol tersebut.

Yayasan pun memastikan memberikan pernyataan setelah menonton "Snowdrop" dan menyebutkan jelas berniat menyimpang sejarah. "Saat menonton dramanya kami berharap tidak merusak sejarah, tapi ternyata dramanya tidak bertanggung jawb dan jelas berniat menyimpang sejarah. Ketika memakai sejarah yang perih untuk konten, kreator seharusnya merasakan beratnya," tutup Lee Kyung Ran.

Komentar Anda

Tags

Topik Berita

Rekomendasi Artikel