Demi Makan, Herjunot Ali Akui Pernah Jadi Pemulung Sampah

Foto:  Demi Makan, Herjunot Ali Akui Pernah Jadi Pemulung Sampah Instagram



Pengalaman menjadi pemulung sampah agar dirinya bisa makan itu diungkapkan oleh Herjunot Ali ketika masih menimba ilmu di London, sehingga dia bisa merasakan bagaimana hidup susah untuk makan saja terasa sangat sulit.

Kanal247.com - Siapa sangka jika ternyata Herjunot Ali pernah menjadi seorang pemulung dulunya. Tidak selalu bergelimang harta dan kekayaan, ternyata pria yang akrab disapa Junot ini sempat merasakan bagaimana rasanya menjadi pemulung sampah agar dirinya bisa makan dan bertahan hidup.

Pengalaman menjadi pemulung itu diungkapkannya ketika tampil di acara "Lapor Pak". Kepada Wendy Cagur, Herjunot Ali menceritakan semua pengalamannya menjadi seorang pemulung ketika masih menempuh studi di London, Inggris.

Awalnya, Herjunot Ali mengungkapkan pengalaman pernah jualan gas elpiji dengan keuntungan hanya Rp 200 perak. Pria bernama asli Mahbub Herjunot Ali itu ditanya oleh Wendy, "Jadi kamu berapa lama berlangsung kamu mengantarkan gas elpiji dibayar Rp 200 perak?". Herjunot langsung menjawab, "Dari kelas tiga sampai kelas enam lah."

Dia lantas menceritakan pernah mengais sampah demi bisa makan dan bertahan hidup kala itu. Dia pun terpaksa harus menunggu hingga malam hari demi mendapatkan makanan yang dibuang di sampah dari restoran Vietnam itu.

"Karena enggak ada duit bang," cerita Herjunot. "Ada restoran Vietnam di situ yang bayar sekali lima pounds bisa makan sepuasnya. Nah, itu misalkan jam 10 malam itu dibuang. Gue ambil di tempat sampah," kenang Herjunort.

Kualitas makanan yang diambil Herjunot di tempat sampah itu pun tidak selalu bagus. Meski demikian, dia tetap memakannya. "Kadang bagus, kadang enggak bagus. Kan bukan itu, intinya kan elo makan sampah," jelas Herjunot.

Ditanya oleh Wendy kapan peristiwa itu terjadi, Herjunot menjawab, "Saya di sana main bola," kata Herjunot. Andhika Pratama lantas membantu menjawab, "Dia pernah ikutan akademi sepak bola."

Sementara itu, Herjunot baru saja mengalami kerugian akibat terjadinya pandemi. Dia terpaksa harus menutup bisnis kulinernya yang berada di Tokyo karena adanya pandemi, Jepang padahal baru buka November 2019 lalu.

“Iya (bisnis tutup) yang di Jepang yang di Tokyo. Sejak pandemi langsung tutup, jadi saya buka restoran di Tokyo bulan November, Februari langsung tutup,” jelas Herjunot yang menceritakan awalnya sengaja buka di Tokyo lantaran mengincar ajang Olimpiade yang rencananya digelar di sana. Namun pandemi membuat acara tersebut gagal berlangsung sehingga bisnis Junot pun ikut merasakan imbasnya.

Komentar Anda

Tags

Rekomendasi Artikel