Pasang Tarif Ratusan Juta Won, Begini Rupanya Taktik Manipulasi Tangga Lagu Di Industri K-Pop
Bisnis sajaegi rupanya memberikan keuntungan yang sangat besar bagi pelakunya. Namun untuk menggunakan jasa sajaegi juga tidak murah, para artis yang bersangkutan harus merogoh kocek dalam.
Kanal247.com - Pada bulan November lalu, Park Kyung Block B menuduh sejumlah artis melakukan sajaegi dalam sebuah Tweet. Artis-artis tersebut kemudian mengumumkan akan melakukan tindakan hukum terhadapnya atas tuntutan pencemaran nama baik. Setelah itu. artis termasuk Kim Gan Ji dan Lee Seung Hwan telah mengungkapkan bahwa mereka menerima tawaran untuk menggunakan sajaegi untuk lagu mereka.
Kim Na Yaoung dan Yang Da Il juga baru-baru ini menghadapi tuduhan sajaegi untuk duet mereka yang bertajuk "Goodbye List" setelah lagu tersebut menduduki puncak tangga lagu, bahkan mengalahkan IU "Blueming" dan soundtrack Tae Yeon Girls' Generation untuk "Frozen 2". Sebagai tanggapan Yang Da Il berkata mengungkapkan bahwa agensinya telah melakukan serangkaian pemasaran untuk lagu tersebut dan ia juga mengatakan akan mengambil tindakan hukum untuk komentar jahat.
Pada Selasa (3/12) kemarin dalam acara "Night of Real Entertainment", sebuah wawancara dengan orang dalam industri hiburan telah dipublikasikan. Salah satu orang dalam tersebut mengatakan bahwa bisnis sajaegi ini memiliki keuntungan yang besar.
“Orang-orang mendiskusikan harga sekitar 80 juta won (sekitar $ 67.196). Keuntungan bulanan untuk lagu ini adalah sekitar 100 juta won (sekitar $ 83.994) jika Anda masuk dalam peringkat 10 besar, jadi itu bukan bisnis yang merugi. Saya mendengar bahwa mereka mendapatkan kafe internet di daerah pedesaan, memberikan 20 kartu identitas untuk setiap orang, dan membuatnya naik saat fajar," ujar sumber tersebut.
Sementara itu sumber lain mengatakan bahwa tarif melakukan sajaegi ini sangat tinggi, yakni mencapai ratusan juta won. Namun sumber tersebut mengungkapkan bahwa jika menggunakan jasa tersebut, tak diragukan lagu sang artis dapat masuk ke sepuluh besar di tangga lagu yang diinginkan.
“Harganya sekitar 100 juta won (sekitar $ 84.009) di masa lalu, tetapi harganya sekitar 100 juta hingga 200 juta won (sekitar $ 168.018) sekarang. Kemudian, dijamin masuk dalam peringkat 10 besar di tangga lagu,” kata sumber tersebut.
Penggunaan viral marketing telah menjadi suatu trik yang memungkinkan untuk lagu-lagu tertentu yang tiba-tiba naik di tangga lagu, dan sumber menggambarkan ini dapat dijadikan sebagai alasan mengapa lagu mereka bisa naik ke tangga lagu. "Mereka membuat alasan mengapa itu naik di tangga lagu, sehingga mereka membuat alasan dengan mempromosikan di media sosial," ujar sumber tersebut.
Orang dalam industri mengatakan perusahaan "A" dan "B" yang menjadi topik pembicaraan karena sangat pandai memasarkan lagu artis mereka di media sosial. Sebagai tanggapan orang dalam agensi "A" membantah hal tersebut.
"Jika Anda melihatnya dari bingkai sajaegi, kami hanya dapat memberi tahu Anda bahwa kami pasti tidak melakukannya. Kami tidak tahu bagaimana menunjukkan bukti ketika kami tidak melakukannya," ujar sumber dari perusahaan "A". "Apa yang dikatakan anggota Majelis Nasional tahun lalu? Mereka mengatakan bahwa kami adalah 'Druking' untuk orang berusia 20-an. Kami merasa tidak nyaman diperlakukan seolah-olah kami adalah penjahat."
Mengungkap kebenaran dari kasus sajaegi ini memang sulit. Hal ini juga disetujui oleh seorang pakar yang mengatakan bahwa lagu bisa mendapatkan perhatian publik jika masuk ke dalam tangga lagu. Namun semua itu juga melalui trik dan ruang kerja khusus. Kasus ini akan sukar diungkap karena hanya diketahui oleh pihak tertentu (yang sudah menjadi kaki tangan).
“Jika (sebuah lagu) tidak naik di tangga lagu, publik lupa tentang itu. Karena itu, semuanya dimasukkan pada baris untuk memasuki grafik. Setelah kontrak ditandatangani, mereka mengungkapkan taktik dan ruang kerja mereka," ujar pakar tersebut. "Mereka hanya membagikan ini begitu Anda menjadi kaki tangan, jadi kami tidak punya pilihan selain menunggu munculnya pelapor."