Jatuh dari Meja, Guru di Inggris Langsung Diberi Uang Rp 4 Miliar

Foto: Jatuh dari Meja, Guru di Inggris Langsung Diberi Uang Rp 4 Miliar



Tak hanya tergelincir dari meja, guru yang mengalami tindakan tidak menyenangkan juga diberi kompensasi fantastis.

Kanal247.com - Beberapa guru di luar negeri telah mendapatkan kompensasi dalam bentuk uang karena menjadi korban kecelakaan saat bekerja. Tak hanya mereka yang mengalami kecelakaan di lingkungan sekolah, guru yang mendapat perilaku tidak menyenangkan dari muridnya juga mendapat kompensasi dengan jumlah fantastis.

Kabar pertama datang dari bagian timur Inggris, di mana seorang guru diberikan hampir GBP 250.000 (sekitar Rp 4,8 Miliar) karena terjatuh dari meja. Diketahui guru tersebut terpeleset dari tumpukan meja dan kursi saat sedang memasang salah satu pajangan di kelasnya.

Setelah jatuh, ia menderita patah tulang yang memperparah fibromyalgia atau sensasi terbakar pada kakinya dan menderita depresi. Hal tersebut membuatnya enggan bekerja dan berakhir dengan pemutusan kontrak kerja.

Kabar kedua datang dari Midlands, Inggris, dimana guru lain juga menerima jumlah yang sama karena mengalami perilaku tidak menyenangkan dari muridnya. Ia menerima GBP 250.000 (sekitar 4,8 Miliar) karena ada murid yang melakukan bullying terhadap dirinya selama empat tahun.

Hal tersebut membuat sang guru mengalami penurunan dari segi kesehatan dan mentalnya. Menurut National Union of Teachers (NUT), serikat guru yang ada di sana, pemerintah setempat pun gagal dalam membantu dan mengelola perilaku untuk meminimalisir risiko tersebut.

Tak hanya dua kejadian di atas, kompensasi terhadap kecelakaan dan diskriminasi di sekolah lainnya berjumlah GBP 230.000 (sekitar Rp 4,4 Miliar). Mulai dari guru yang tergelincir dari es di pintu kelas, terpeleset dan jatuh ke makanan saat berjalan dari laboratorium, dan juga runtutan teror dari murid yang diminta untuk tidak mengunyah permen karet.

Perilaku murid yang mencoreng dunia pendidikan ini tak jarang meninggalkan memar karena pukulan di bagian tubuh, bahkan gangguan mental berupa stres dan depresi. Seorang pelatih bahkan didiskriminasi atas kehamilan dan berakhir dengan dipecat dari pekerjaannya.

"Tidak hanya pekerja yang mengejar kesehatan dan kesejahteraannya pada atasan," jelas Chris Keates, sekretaris jendral dari National Association of Schoolmasters Union of Women Teachers, salah satu asosiasi guru perempuan di sana. "Tapi kami juga melihat peningkatan yang signifikan dalam karakteristik (usia, cacat, dan ras) yang dilindungi dari perlakuan diskriminatif."

Chris Keates juga menambahkan bahwa skala diskriminasi dan kecurigaan ini sangat mengganggu. Ia bahkan menyebut kasus tersebut seperti puncak gunung es, di mana ini hanyalah bagian kecil dari permasalahan sebenarnya yang masih tersembunyi.

Komentar Anda

Rekomendasi Artikel