Polemik Patung Raksasa di Tuban, Ditutupi Kain Putih Hingga Wacana Dirobohkan

Foto: Polemik Patung Raksasa di Tuban, Ditutupi Kain Putih Hingga Wacana Dirobohkan BANGSAONLINE



Sejumlah pihak menuntut agar patung raksasa Kwaan Sing Tee Koen yang terletak di Tuban dirobohkan lantaran dinilai menodai nasionalisme bangsa.

Kanal247.com - Keberadaan patung raksasa Kwaan Sing Tee Koen di Kapubaten Tuban, Jawa Timur menuai polemik belakangan ini. Rupanya banyak kalangan masyarakat yang tidak menyukai patung tersebut lantaran dinilai kurang mencerminkan sikap-sikap nasionalisme dan alasan lainnya. Bahkan ada yang sampai membandingkan dengan patung Pahlawan Jenderal Soedirman di Jakarta yang ternyata kalah tinggi.

Sejak ramai diperbincangkan, mulai muncul gerakan penolakan terhadap patung yang terletak di dalam kelenteng Kwan Sing Bio. Apalagi sebelumnya sempat muncul kabar simpang siur yang menyebutkan jika patung tersebut dibangun di alun-alun kota. Belakangan banyak muncul gerakan terutama dari organisasi masyarakat setempat yang menuntut agar patung tersebut dirobohkan.

Bahkan baru-baru ini massa dari Bhoemi Poetra Menggoegat mendatangi kantor DPRD Jawa Timur (Jatim) untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka memberi waktu 7x24 jam agar patung panglima perang itu dirobohkan.

"Kami memberikan batas waktu sampai 7 x 24 jam kepada pemilik untuk menghilangkan patung tersebut," ujar Isa Anshori, perwakilan Bhoemi Poetra Menggoegat. "Kita semua berkewajiban menjaga agar Jawa Timur tetap aman dan kondusif. Semua harus bisa menahan diri dan menghormati orang lain. Yang minoritas menghormati yang mayoritas. Yang mayoritas melindungi yang minoritas serta menghormatinya. Sehingga terbangunnya suasana saling melindungi dan menghargai, serta menghormati tersebut dan Jawa Timur selalu aman dan tertib serta kondusif."

Mereka berpendapat jika patung Kwaan Sing Tee Koen itu menunjukkan penjajahan yang terulang dan tidak bagus untuk pendidikan karakter terutama untuk generasi penerus bangsa. Mereka mengusulkan untuk dibangun monumen pahlawan dibanding patung yang tak ada hubungannya dengan perjuangan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Karena patung itu menunjukkan penjajahan yang terulang di Indonesia, serta tidak ada urgensinya bercokol di bumi pertiwi," imbuhnya. "Karena itu akan menjadi pembangunan karakter tentang nasionalisme anak cucu kita kelak."

Lebih lanjut, Ketua DPRD Jatim Abdul Halim Iskandar mengatakan jika dirinya juga tersinggung dengan berdirinya patung tersebut. Apalagi ada masalah lain terkait izin mendirikan bangunan (IMB). Meski begitu, ia berharap agar masalah ini jangan sampai ditumpangi kepentingan lain.

"Kalau dikatakan tersinggung, saya juga tersinggung. Tapi maksud saya, jangan mudah ditumpangi oleh siapapun. Saya sependapat dengan tiga hal itu, kepekaan, kepantasan dan toleransi. Tapi, bagaimana masalah ini dapat diselesaikan, tapi bukan membesarkan intoleransi, perbedaaan. Tapi fokus pada peraturan perundang-undangan, dan terjebak permasalahan yang membawa-bawa agama, suku, golongan, ras atau kelompok tertentu," terangnya. "Kalau kita sudah bicara bareng-bareng, secara kekeluargaan maupun formal, tapi kok IMB-nya keluar. Saya akan turun kesana. Berarti Pemkab Tuban tidak aspiratif terhadap permasalahan masyarakat Jawa Timur dan bangsa Indonesia."

Sementara itu, sejak polemik mencuat bangunan yang diklaim sebagai patung panglima perang tertinggi di Asia Tenggar itu kini telah ditutupi dengan kain putih. Hal tersebut kemudian memunculkan lelucon di kalangan masyarakat terutama pengguna media sosial yang menyebutnya sebagai "pocong raksasa".

Komentar Anda

Rekomendasi Artikel