Investasi Arab Saudi ke Tiongkok Hampir 10 Kali Lipat dari Indonesia, Jokowi Kecewa?

Foto: Investasi Arab Saudi ke Tiongkok Hampir 10 Kali Lipat dari Indonesia, Jokowi Kecewa?



Begini reaksi Jokowi ketika menerima investasi dari Arab Saudi lebih kecil daripada yang diterima Tiongkok.

Kanal247.com - Investasi sebanyak Rp 89 triliun untuk Indonesia adalah hasil dari kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud awal Maret lalu. Namun, rupanya nilai investasi itu masih belum cukup untuk Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Padahal, Jokowi tahu bahwa investasi yang diberikan Arab Saudi ke Tiongkok adalah sekitar Rp 870 triliun.

Karena hal tersebut, Jokowi mengungkapkan kekecewaaannya kepada Raja Salman. "Padahal, sudah saya payungi waktu hujan, saya setiri sendiri, tapi kok dapatnya lebih kecil. Itu yang membuat saya sedikit kecewa," ungkapnya.

Kekecewaan itu pun menjadi bahan candaan saat Jokowi berpidato di Pondok Pesantren Butet, Cirebon, 13 April. Menurut Jokowi, angka Rp 89 triliun tersebut sebenarnya sangat besar dan membuatnya kaget meskipun jauh lebih kecil daripada investasi yang didapatkan Tiongkok. "Padahal, sudah saya payungi sendiri, sudah saya setiri sendiri mobil golfnya," ulangnya disertai gelak tawa ribuan hadirin.

Jokowi berencana menghubungi Raja Salman dan Pangeran Mohammad, putra Raja Salman yang memegang kendali investasi Arab Saudi, guna menindaklanjuti investasi tersebut. "Moga-moga Indonesia mendapatkan yang lebih dari yang diberikan kepada Tiongkok," harap Jokowi.

Sementara itu,tindak lanjut lebih serius dimulai dari sektor pendidikan. Pada 13 April, Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan Rektor Universitas Islam Imam Mohammed bin Saud HE Dr Sulaiman bin Abdullah Aba Al Khail untuk membahas implementasi pasca kunjungan Raja Salman. "Tujuannya, meningkatkan pendidikan bahasa Arab dan ilmu Islam yang lainnya di universitas-universitas umum. Seperti di Unhas (Makassar) dan lainnya," terang Jusuf Kalla.

Menurutnya, akan ada pembentukan lembaga-lembaga yang akan memberikan pendidikan bahasa Arab, namun tetap berbadan hukum Indonesia. "Mereka akan bantu," kata Jusuf Kalla.

Kerjasama itu berkaitan dengan pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), dimana rencana pertukaran guru besar antara Arab Saudi dan Indonesia akan dilakukan. Namun, hal ini tidak berkaitan dengan kurikulum yang dikembangkan UIII. "Kita punya kurikulum sendiri yang Islam moderat," lanjutnya.

Komentar Anda

Tags

Rekomendasi Artikel